Golput

Beberapa hari belakangan ini, kampus sedang disibukkan dengan kampanye pemira, yakni pemilihan raya untuk memilih presiden mahasiswa beserta wakil dan sekjennya, DPM, hingga LKM. Calon-calon dari partai masing-masing berlomba-lomba memperkenalkan diri ke mahasiswa agar terpilih. Dari banyaknya kampanye yang bertebaran, satu yang cukup mengusik dalam kepala saya, semua calon menarasikan seolah-olah golput adalah hal yang salah. Narasi mereka beragam, dari mulai yang mengatakan bahwa golput artinya tidak demokratis, golput artinya tidak cerdas, hingga golput menyia-nyiakan kesempatan.

Lanjutkan membaca “Golput”

Menganggur

Sungguh betul, yang namanya menganggur itu tidak enak sekali. Bingung mau berbuat apa. Alhasil, yang dilakukan itu-itu melulu: begadang, bangun kesiangan, mandi, sarapan yang telat, rebahan, menonton YouTube, rebahan lagi, menonton sepak bola, begadang lagi, dan begitu seterusnya. Meskipun begitu, rasa-rasanya badan malah capek. Memang betul apa yang sering saya bilang, secapek-capeknya ngapa-ngapain, masih lebih capek enggak ngapa-ngapain.

Lanjutkan membaca “Menganggur”

Kita adalah Tuan Bagi Hati Kita

Baru saja saya mendengarkan lagu Dewa 19 – Pupus yang menurut seseorang pada kolom komentar YouTube pada video tersebut bilang, “lagu patah hati sejuta umat.” Bisa jadi banyak orang yang lain juga setuju akan hal itu, sebab lagu tersebut menurut interpretasi saya pribadi adalah menceritakan cinta seseorang yang bertepuk sebelah tangan, selain dari lirik, hal yang mendukung interpretasi saya tersebut adalah dari cerita yang ditampilkan dalam video klip. Tiba-tiba saya berpikir, bagaimana rasanya cinta bertepuk sebelah tangan? Dan apa yang bisa saya pelajari dari itu?

Lanjutkan membaca “Kita adalah Tuan Bagi Hati Kita”

Terima Kasih, 2020

Akhir tahun lalu kau menyebut orang-orang yang menulis resolusi sebagai orang-orang yang punya impian-impian muluk tapi malas berusaha untuk mewujudkan. Kata orang, banyak orang mungkin, kata adalah doa, maka dari itu berkatalah sesuatu yang baik-baik saja, agar jika kata-kata tersebut terwujud, kau tidak perlu mendamprat; menyumpah-serapahi segala yang sudah terjadi, lalu mencoba berdamai dengan diri sendiri dengan mengingat-ingat bahwa penyesalan memang datang belakangan. Sialnya, apa yang kau katakan pada akhir tahun lalu memanglah doa yang terwujud. Mudah ditebak, sepanjang tahun hanya beberapa saja resolusi yang dapat kau wujudkan, sisanya menguap seperti janji-janji politikus ketika sudah terpilih.

Sepanjang tahun kau memang tidak banyak melakukan apa-apa. Jika pandemi adalah alasan, hai, betapa banyak orang di luar sana yang dapat melakukan banyak hal meskipun menghadapi masalah yang sama dengan kau, yaitu pandemi? Tentu ada banyak sekali, namun mengingat-ingat orang-orang yang lebih banyak berbuat daripada kau adalah perbuatan sia-sia. Pertama, itu tidak akan membuat kau termotivasi; melakukan apa-apa yang orang-orang bisa lakukan. Kedua, itu hanya akan membuat kau semakin menyesal. Ketiga, tidak perlu bersedihlah; kau banyak rebahan tahun ini dan tetap bisa makan dan minum dan berselancar di internet sedangkan banyak orang di luar sana ingin rebahan tapi setiap hari harus bekerja di bawah tekanan atasan yang galak dengan gaji yang tak seberapa.

Lanjutkan membaca “Terima Kasih, 2020”

HUMOR TENTANG TEMBAK-TEMBAKAN

KRITIK SASTRA DENGAN PENDEKATAN EKSPRESIF CERPEN BERJUDUL HUMOR TENTANG TEMBAK-TEMBAKAN KARYA SURYA GEMILANG (KOMPAS, 8 MARET 2020)

Ketika Rancangan Undang-Undang Penghapusan Kekerasan Seksual yang diusulkan sejak 26 Januari 2016 hingga hari ini tak kunjung disahkan meskipun di lain sisi menurut catatan Komnas Perempuan sepanjang 2019 ada sebanyak 431.471 kasus kekerasan terhadap perempuan, apa yang akan kita lakukan? Sedih, gusar, bingung, atau mungkin marah adalah perasaan yang wajar sebab ibu, nenek, adik, kakak, saudara, atau guru kita perempuan, dan perasaan itu tentu saja tidak bisa dibendung mengingat orang-orang di sekitar kita bisa mengalami hal yang sama. Perasaan itu juga yang mungkin ada pada Surya Gemilang, lewat cerpennya yang berjudul Humor tentang Tembak-tembakan ini terlihat begitu jelas betapa keberpihakan Surya pada korban-korban kekerasan seksual yang ada.

Lanjutkan membaca “HUMOR TENTANG TEMBAK-TEMBAKAN”

Joko Pinurbo: Di Rumah Sakit

Di rumah sakit. Kalender mengucapkan selamat tidur. Kepada mata ngantuk yang masih menyala.

Jam dinding mengucapkan selamat tidur. Kepada dokter yang masih terjaga.

Obat tidur mengucapkan selamat tidur. Kepada pasien yang masih berdoa.

KTP mengucapkan selamat tidur. Kepada calon jenazah yang masih memikirkan besok akan dikuburkan di mana.

Joko Pinurbo: Di Rumah Sakit
Lanjutkan membaca “Joko Pinurbo: Di Rumah Sakit”

84′: Mengingat Petrus

Cerpen yang terbit 13 September 2020 di Jawa Pos ini bercerita tentang kisah “aku” dengan Ratna—perempuan yang dicintainya, beserta kisah-kisah di sekelilingnya, dari mulai penulis Pop yang ditolak cintanya oleh Ratna yang kemudian menjadikan Ratna menjadi Retno dalam novelnya sekaligus mengolok-olok Ratna dalam novel itu yang pada akhirnya membuat Ratna keluar dari kampus tempatnya mengajar akibat tidak tahan dengan desas-desus yang terjadi setelahnya. Kisah lainnya adalah ketika Ratna dibuat patah hati oleh seorang pemuda kumal bernama Anwar yang mana adalah salah satu pengunjung setia perpustakaan milik “aku”.

Dalam cerpen ini, penulis mampu menggambarkan realita soal pernikahan di Indonesia yang masih tidak bisa lepas dari soal tuntutan orang tua, hal ini dapat dilihat dari kalimat pembuka dalam cerpen ini:

Lanjutkan membaca “84′: Mengingat Petrus”

Mantan

Hati manusia, kata Sapardi Djoko Damono dan Kahlil Gibran dalam puisinya, adalah selembar daun, dan oleh karena hati manusia adalah selembar daun, maka seperti kata Jason Ranti dalam lirik lagunya, “Ah, sialan, ku mudah terombang-ambing.” Kita harusnya setuju dengan itu, sebab memang betapa tipis dan mudah terombang-ambingnya hati kita. Kemarin kita boleh merasa betapa malaikatnya kekasih kita, dan hari ini kita juga boleh merasa betapa iblisnya kekasih mantan kita.

Lanjutkan membaca “Mantan”

Surat Terbuka untuk Mikel Arteta

Sebagai seorang penggemar Arsenal atau biasa disebut dengan Gooners sejak sepuluh tahun silam, hal ini dapat dilihat dari foto profil akun Facebook saya yang menggunakan foto Theo Walcott dan Andrey Arshavin hasil download dari Google dan Arsenal merupakan tim andalan saya dalam bermain game, melihat polemik yang terjadi antara Mesut Ozil dan Arsenal, saya cukup miris.

Lanjutkan membaca “Surat Terbuka untuk Mikel Arteta”